Kamar Aman nan Nyaman
Selasa, 23 Mei 2017
Aku Ferry.
Sepi, seperti biasa. Sangat sepi.
Hariku sepi. Orang yang bisanya koar-koar juga sepi. Koar ae terus ampe mulut
berbusa, aksi kagak ada. PLER!!
Kenapa gua gak keluar selagi bisa? Kenapa gua malah bertahan? Padahal gua tau
pasti begini lagi. Yasudala, tak apa. Nanti juga bubar sendiri.
Gua ngerasa kayak lulusan baru lagi.
Kayak baru keluar SMK lagi. Bingung mau melanjut hidup begimana, jadi siapa,
mau kemana, & bla bla bla. Yha. “Life
sucks”.
Apa?
Qu kurang bersyukur? Yak, mungkin itu
sebabnya. Semua orang punya batas kesabaran masing-masing. Pun aku. Stress
bukan pilihan. Dan tak ada yang mau merasakannya. Tapi semua orang pasti pernah
mengalaminya.
Apa?
Qu cuma anak rumahan? Yang menjalani pekerjaan biasa? Hidup serba biasa? Jadi
gak ada alasan buat stress? Yak betul.
Ya aku anak rumahan. Bisa diem
berjam-jam dikamar hanya untuk sekedar berbaring, & kadang menulis. Seperti
ini contohnya. Qu bukan anak main. Yang keluyuran kemana-mana. Qu tak punya
duit. diam dirumah, & makan masakan mama setiap harinya sudah cukup
mnyenangkan. Walau kadang kondisi rumah tak selalu damai seperti ceritaku ini.
Ya kesibukanku biasa. Apa yang bisa
diharapkan dari lulusan SMK sepertiku? Yang semasa sekolahnya kadang setengah
hati. Jurusan Multimedia? Ckckck. Qu tak yakin pantas disebut lulusan yang
kompeten. Yah, emangnya belajar apasih pas sekolah. Sertifikat? Ya itu ada.
Teman seangkatan punya semua. Entah handal atau tidak. Entah berarti atau
tidak. Yang pasti itu formalitas belaka. Kertas ya cuma kertas.
Ya ku hidup serba biasa. Tak ada
event khusus yang terjadi belakangan. Kalaupun ada, mungkin ku skip saja.
Begitu biasa. Ketika kau melakukan hal biasa yang semestinya, respon orang pun
biasa saja dalam menanggapi hal yang biasa itu. Mungkin sudah menjadi
kebiasaan, sehingga hal yang tak biasa dianggap tabu & tak layak. Yah apa
salah bertindak diluar yang biasa aja. Entahlah.
Ya ku tak punya alasan untuk stress.
Pun orang lain. Tapi setiap orang punya batas. Ku tak tau kenangan macam apa
yang pernah dilalui setiap teman yang kujumpuai. Pun sebaliknya. Menurutku,
sebuah kesalahan kita bertindak so tegar, so kuat, & so yang lain-lain.
Memang kita harus kuat, tapi bukan berarti alasan untuk menjadi keras kepala.
Terlalu egois kalau kita mengucap dapat melalui segala rintangan. Berkata
memang mudah, tanpa dibarengi aksi itu percuma. Jadi cobalah tuk berhenti
sejenak.
Apakah salah kita pernah gagal?
Segitu buruknya kalau kita menangis? Bukankah dalam agama pun di ajarkan untuk
berserah diri kepada Tuhan YME? Lalu apa gunanya berdo’a? bukankah untuk
meminta pertolongan ketika susah, & bersyukur ketika bahagia? Belum cukup
membuktikan kalau kita tak berdaya? Yha. Semua orang punya pandangan
masing-masing.
Kini ku hanya remaja
suka nulis. Andai setiap ku nulis ada yang mau bayar.
Komentar
Posting Komentar