Self Reminder

#Journal83 - Aku Sakit, Kau Tak Menjengukku

Rabu, 26 Juni 2019 Siapakah kita jika suatu saat sakit dan tak berdaya? Sakit adalah perkara yang sudah pasti dihindari oleh banyak orang. Beberapa waktu lalu seorang sahabat jatuh sakit. Namanya Ruben Bentiyan , biasa dipanggil Mang Randu . Dan tadi pagi Mang Randu baru saja diizinkan untuk pulang. Pulang sebagai pasien yang harus tetap beristirahat dan dirawat di rumah. Kita semua bisa mengalami apa yang dialami oleh Mang Randu dengan berbagai variasi: sakit yang berbeda atau hal lain, misalnya trauma, depresi, dipecat, masuk tahanan entah karena apa, dan lainnya, dan lainnya. Kalau kita mengalami itu, kehilangan seluruh kapasitas survival kita tersebut, pertanyaanya: daya dukung apa yang kita miliki? Dan seberapa panjang? Merenungkan hal ini mirip dengan ketika kita belajar ilmu sosial tentang masyarakat atau komunitas yang mengalami “ syok ” dan “ krisis ”. Lumrahnya, yang pertama-tama akan mendukung kita adalah keluarga. Tapi, berapa lama dan seberapa kuat kelu...

#Journal16 - Seni Dosa Besar. Yekan?

Pengadilan Setempat
Kamis, 08 Juni 2017

Aku Ferry. Pecinta seni apapun itu bentuknya. Sayang belom bisa mbikin.

            Belakangan ku mulai menemukan inspirasi-inspirasi baru dalam hal yang ku suka. Begitu banyak sumber pembelajaran yang bisa kudapat bila tida malas. Sayang. Ku pribadi tida rajin.

            Badeway. Semakin ku suka. Semakin juga ku sedih. Banya sisi gelapnya juga ternyata. Banya netizen salah dalam mengartikan seni. Kalau memang kau tak paham, janganlah menyalahkan, atau malah mengata-ngatai sesat. Cobalah melihat sesuatu dari sudut pandang lain. Dalam setiap hasil penciptaan itu didalamnya ada proses, ide, pikiran, riset, waktu, dan usaha. Berhentilah berkomentar buruk untuk hal yang gak seperti kalian mau / suka. Atau bahkan gak kalian ngerti. Apa hebatnya kalian kalo cuma ngomong tapi gak bikin apa-apa. Disaat kalian merasa ngerti dan berkomentar kurang baik, sesungguhnya itu semakin menunjukkan kalian terlihat bodoh dan gaktau apa-apa.

            Yha. Diatas adalah omongan dari… emm siapa yak? Sebut saja Chimey-Gombey sang pengamat komen.

            Karena di Indonesia, yang namanya kerja itu ya berangkat ke kantor, ikut perusahaan orang, atau jadi pegawai negeri. Kalo nasibnya wirausaha, seniman, pedagang, freelance itu bukan pekerjaan! Coba saja kau lamar gadis pujaan hatimu. Pas ditanya mertua kerjaannya apa, jawab aja freelance. Udah deh pandangannya berubah. Umur masi muda. Masi produktif. Masi mau main-main terus? Percayalah. Bahwasannya, calon mertua lebih menentukan segalanya. Si cewek nerima, tapi kalo emak bapak nya bilang nggak mau apa? Kawin lari? Nggak enak lah, enakan sambil tiduran! Makanya jadi pegawe negeri. Atau pegawe bank. Yang mapan. Jangan malah so nyeni. Apalagi seniman indie. Gak bisa masuk tipi. Jadi bapaknya gak kenal u siapa. Jual artwork susah, pada maunya dibikin gratisan. Jual merchandise sama aja susahnya, pasang harga dibilang mahal.

            Yha. Diatas adalah omongan dari… aduh lupa juga. Yha sebut saja Ambar Bara Bere manusia kritis.

            Ini apasih kok jadi kutipan lintas social begini. Yha. Sedikit sedih memang ketika menjawab pertanyaan orang-orang mengenai seni. Tanggapannya antara lain:

“Hah? Jangan kebanyakan main-main, huru-hara”
“Aelah, emang bisa ngasilin duit?”
“Gak baik begitu, sesat! Tau batasan dong”
“Sok seni-senian ah pler”
“Jangan jadi anak seni, nanti brandalan gak karuan”

            Emangnya ilmu seni serendah itu ya? Kurasa semua ilmu & pengetahuan itu setara. Mau ilmu hokum, atau ilmu gaib sekalipun.


            Udah ah. Ntar dikira tausiyah. Dibilang bukan kapasitasnya. Salam gemes.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Journal83 - Aku Sakit, Kau Tak Menjengukku

Biodata With Flash