Pengadilan Setempat
Kamis, 08 Juni 2017
Aku Ferry. Pecinta
seni apapun itu bentuknya. Sayang belom bisa mbikin.
Belakangan ku mulai menemukan
inspirasi-inspirasi baru dalam hal yang ku suka. Begitu banyak sumber
pembelajaran yang bisa kudapat bila tida malas. Sayang. Ku pribadi tida rajin.
Badeway. Semakin ku suka. Semakin
juga ku sedih. Banya sisi gelapnya juga ternyata. Banya netizen salah dalam
mengartikan seni. Kalau memang kau tak paham, janganlah menyalahkan, atau malah
mengata-ngatai sesat. Cobalah melihat sesuatu dari sudut pandang lain. Dalam
setiap hasil penciptaan itu didalamnya ada proses, ide, pikiran, riset, waktu,
dan usaha. Berhentilah berkomentar buruk untuk hal yang gak seperti kalian mau
/ suka. Atau bahkan gak kalian ngerti. Apa hebatnya kalian kalo cuma ngomong
tapi gak bikin apa-apa. Disaat kalian merasa ngerti dan berkomentar kurang
baik, sesungguhnya itu semakin menunjukkan kalian terlihat bodoh dan gaktau
apa-apa.
Yha. Diatas adalah omongan dari… emm
siapa yak? Sebut saja Chimey-Gombey sang pengamat komen.
Karena di Indonesia, yang namanya
kerja itu ya berangkat ke kantor, ikut perusahaan orang, atau jadi pegawai
negeri. Kalo nasibnya wirausaha, seniman, pedagang, freelance itu bukan
pekerjaan! Coba saja kau lamar gadis pujaan hatimu. Pas ditanya mertua
kerjaannya apa, jawab aja freelance. Udah deh pandangannya berubah. Umur masi
muda. Masi produktif. Masi mau main-main terus? Percayalah. Bahwasannya, calon
mertua lebih menentukan segalanya. Si cewek nerima, tapi kalo emak bapak nya
bilang nggak mau apa? Kawin lari? Nggak enak lah, enakan sambil tiduran!
Makanya jadi pegawe negeri. Atau pegawe bank. Yang mapan. Jangan malah so
nyeni. Apalagi seniman indie. Gak bisa masuk tipi. Jadi bapaknya gak kenal u
siapa. Jual artwork susah, pada maunya dibikin gratisan. Jual merchandise sama
aja susahnya, pasang harga dibilang mahal.
Yha. Diatas adalah omongan dari…
aduh lupa juga. Yha sebut saja Ambar Bara Bere manusia kritis.
Ini apasih kok jadi kutipan lintas
social begini. Yha. Sedikit sedih memang ketika menjawab pertanyaan orang-orang
mengenai seni. Tanggapannya antara lain:
“Hah? Jangan
kebanyakan main-main, huru-hara”
“Aelah, emang
bisa ngasilin duit?”
“Gak baik
begitu, sesat! Tau batasan dong”
“Sok
seni-senian ah pler”
“Jangan jadi
anak seni, nanti brandalan gak karuan”
Emangnya ilmu seni serendah itu ya?
Kurasa semua ilmu & pengetahuan itu setara. Mau ilmu hokum, atau ilmu gaib
sekalipun.
Udah ah. Ntar dikira tausiyah.
Dibilang bukan kapasitasnya. Salam gemes.
Komentar
Posting Komentar