Self Reminder

#Journal83 - Aku Sakit, Kau Tak Menjengukku

Rabu, 26 Juni 2019 Siapakah kita jika suatu saat sakit dan tak berdaya? Sakit adalah perkara yang sudah pasti dihindari oleh banyak orang. Beberapa waktu lalu seorang sahabat jatuh sakit. Namanya Ruben Bentiyan , biasa dipanggil Mang Randu . Dan tadi pagi Mang Randu baru saja diizinkan untuk pulang. Pulang sebagai pasien yang harus tetap beristirahat dan dirawat di rumah. Kita semua bisa mengalami apa yang dialami oleh Mang Randu dengan berbagai variasi: sakit yang berbeda atau hal lain, misalnya trauma, depresi, dipecat, masuk tahanan entah karena apa, dan lainnya, dan lainnya. Kalau kita mengalami itu, kehilangan seluruh kapasitas survival kita tersebut, pertanyaanya: daya dukung apa yang kita miliki? Dan seberapa panjang? Merenungkan hal ini mirip dengan ketika kita belajar ilmu sosial tentang masyarakat atau komunitas yang mengalami “ syok ” dan “ krisis ”. Lumrahnya, yang pertama-tama akan mendukung kita adalah keluarga. Tapi, berapa lama dan seberapa kuat kelu...

#Journal20 - Obrolan Pemuda Struggle nan Intelek

Saung Pinggiran Rel Kereta - Bogor
Kamis, 6 Juli 2017

Ferry menulis disini.

Beberapa waktu lalu, aku melakukan kunjungan awal bulan menuju sowbatqu M. Thoriq Al-Fatir. Sekedar ngobrol santai & jalan-jalan di sepanjang rel kereta. Yha namanya juga awal bulan yha, jalan-jalan yang terjangkau saja. Kalo akhir bulan tuh dapet gaji, gak mungkin blusukan sawah ampe ke rel kereta. Yha ku sering mengunjungi beberapa sowbat sejawat guna silaturahmi atau sekedar ngopi. Tapi kali ini kubahas khusus.

Jadi. Thoriq adalah rekan sejak SMK kelas X. Sejak awal kenal, ia adalah pribadi yang menyenangkan. Selalu senyum setiap saat. Mudah bergaul dengan orang lain. Ramah. Bahasa Inggrisnya juga bagus. Dan yang lebih buatku iri, Karya-karyanya selalu bagus. Entah itu desain, tipografi, bahkan WPAP, semua selalu enak dipandang. Sungguh kuingin hidup sepertinya. Tapi itu kan hal-hal baiknya doang menurut sudut pandangku. Semua orang pasti punya masalah masing-masing. Ku tak perlu tau.

Badeway. Ketika lulus, tak semuanya berjalan mulus. Bahkan untuk kawan seperti Thoriq sekalipun. Dan sialnya aku pun bernasib demikian. Menjanjikan cepat kerja, tak semudah mewujudkannya. “Sekolah terbaik & Para lulusan sukses!” ah itu kan buat beberapa orang saja. Tak semua bernasib mujur seperti itu.

Eniwey. Masih tentang Oi (nama panggilannya), ia pun kuliah karena tak kunjung dapat kerja. Sungguh kasian perusahaan tersebut, menolak seorang pekerja handal seperti Oi. Etapi belom genap setahun udah berenti aja kuliahnya. “Gua belom bayaran ini” dia bilang. Sungguh bedebah emang.

Setahun terakhir. Aku, Oi serta kawan-kawan lainnya membentuk sebuah komunitas gitu. Dan Oi dipercaya sebagai ketuanya. Guna sekedar ngumpul-ngumpul buat yang belom dapet kerja, yang kuliah, dan yang lain. Seiring berjalannya waktu, berkembang jadi komunitas kecil, dan akhirnya merangkak menjadi setengah Media setengah Production House gitu. Sungguh bingung.

Makin dewasa, makin ku menyadari bahwa “Life Sucks”. Dan ternyata setelah ku diskusikan bersama Oi, ia pun mengalami hal yang serupa. Merasa sepemikiran, kita pun ngobrol sana sini tentang betapa menyebalkannya hidup ini.

“O ma vrens!! Sesungguhnya kita adalah pemuda berbakat nan potensial! Tapi sayang, ternyata Tuhan telah menunjukkan sisi gelap dunia kepada kita lebih awal! Sehingga kini kita menjadi jiwa-jiwa struggle nan penasaran yang dikit demi sedikit sadar bahwa dunia menyebalkan!!”


Kira-kira seperti itu contoh percakapan kita. Terdengar sesat & buntu memang, karena waktu itu kita tidak melihat gugel mep jadinya nyasar. Akhir kata. Hidup itu menyebalkan. Bahkan jauh sebelum kakek-nenek kita lahir, hidup sudah menyebalkan. Tak semua merasakan. Tapi aku salah satunya, dan kuingin engkau tau hal itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Journal83 - Aku Sakit, Kau Tak Menjengukku

Biodata With Flash