Kamar Jendela Macet
Senin, 06 Mei 2019
Beberapa
hari yang lalu, aku mengunjungi rekanku semasa sekolah dulu. Sebut saja namanya
Randu. Setelah cukup lama tak berjumpa, ia terlihat cukup riang dan
bersemangat. Apakah karena kala itu bertepatan dengan hari buruh? Sebab
sepanjang jalan ia selalu membicarakan May Day dengan antusias. Randu
memang begitu sih anaknya.
Aku
menemaninya dari siang sampai tengah malam. Mengantar sana-sini. Dimulai dari
setelah Shalat Dzuhur berjamaah, aku mengatarnya ke RS PMI. Kupikir ada anggota
keluarganya disana, ternyata dia akan menjalani pemeriksaan. Aku lupa nama
penyakit yang dideritanya. Dan gak tau juga check
up nya seperti apa. Intinya dia bilang bahwa ada gangguan pada otak sebelah
kirinya yang menyebabkan motorik halusnya tidak berfungsi dengan baik. Cukup kaget
aku mendengarnya.
Setelah
dari sana Randu minta diantar ke Warung Jambu, beli harddisk. Terus Randu mengajakku mengunjungi tempat ngopi, Rumah Kopi Ranin namanya. Sesampainya
disana, ternyata dia cukup akrab dengan barista dan para pekerja disana. Sambil
menikmati kopi, mereka asyik mengobrol, tapi aku banyak diemnya. Soalnya aku
gak ngerti soal kopi. Sialan, ramai juga tempat ini! Pelanggan datang silih
berganti, tak ada habisnya. Dan satu hal yang menarik, sikap barista melayani
pelanggannya cukup cuek, bahkan bisa dibilang tengil. Tapi itu ciri khas tersendiri, dan pelanggan pun tidak
begitu mempermasalahkan.
Okelah,
habis itu berangkat lagi cari warteg. Setelah kenyang pulang ke kontrakan.
Ternyata jalan menuju kontrakan macet sekali. Karena sudah adzan Maghrib, kita pun mampir dulu ke teman
terdekat disitu, numpang sholat. Aku benci macet. Aku pun ingin lewat jalan
tikus saja. Meskipun tidak begitu hapal jalan, toh kalo nyasar masih daerah
Bogor ini.
Tibalah
di kontrakan. Lelah. Dan tiba-tiba sepertinya Randu mendapat kabar yang kurang
baik. Aku tak tau pasti apa, yang jelas ia Nampak sedih dan terpukul. Menjelang
malam ia mengajakku ke Amaliah. Bawa gitar kecil. Mau ngamen ceritanya. Tapi
sampai disana, bertemu dengan salah seorang rekannya. Dan kita malah berangkat
ke daerah Cibedug. Disana Randu curhat panjang lebar, melampiaskan seluruh
kekesalannya. Sampai tak terasa sudah tengah malam. Dan aku kayaknya sakit
perut. Pamitlah kita, dan pulang lagi menuju kontrakan. Tadinya aku mau
menemaninya di kontrakan. Tapi aku rasanya kangen rumah.
Cukup
senang wara-wiri dengannya. Dan capek juga. Semoga panjang umur serta sehat
selalu sob, semesta memberkati.
Komentar
Posting Komentar